”Demikianlah jadinya dengan orang kaya yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.” (Lukas 12 :21)
Selama kurang lebih satu bulan sejak pertengahan Juni 2017 sampai saat saya menulis renungan ini (13 Juli 2017) saya menerima sejumlah berita duka. Mulai dari artis kondang Julia Perez (Ju-Pe), David Tantono seorang pemuda kaya yang ditembak oleh perampok kejam yang hendak mengambil uangnya ratusan juta, Pdt Yusuf Pangestu seorang hamba Tuhan senior yang saya hormati, dr. Stefanus Taufik (Spesialis Anesthesi yang meninggal di kamar jaga di sebuah rumah sakit). Bahkan Franky A (Ayah dari anak sekolah minggu di gereja kami di Bitung) yang meninggal akibat kecelakaan ketika sedang mengendarai motor menuju ke gereja. Manusia bisa meninggal kapan saja (hari ini, besok, atau mungkin lusa) , dengan penyebab apa saja (sakit, tua, kecelakaan, dsb.) dan kematian bisa menjemput siapa pun (misalnya artis, orang sakit, orang sehat termasuk dokter bahkan pendeta!)
Ada dua pertanyaan bagi kita semua yang masih hidup saat ini, Pertama, kapan waktu kita untuk dipanggil menghadap Tuhan? & Kedua, bila saat itu tiba (entah kapan kita tidak tahu!) apa yang akan kita bawa ke hadapan Allah?
Tema renungan ini saya ambil dari frasa di bagian akhir ayat firman Tuhan di Injil Lukas 12:21 “..jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.”, yang merupakan perkataan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus memberikan pengajaran sekaligus peringatan terhadap kita melalui sebuah perumpamaan (baca Lukas 12:16-21). Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) memberi judul perikop ini “Orang kaya yang bodoh” dan saya tergerak untuk mengkaji beberapa “kebodohan” si orang kaya dalam perumpamaan ini.
(I). Orang kaya ini bodoh karena ia salah dalam membuat persiapan untuk kehidupannya saat ia masih hidup. Ia salah membuat investasi dalam kehidupan dengan mengumpulkan begitu banyak hasil dari tanahnya (= harta benda/materi). Ia merombak lumbung-lumbungnya dan mendirikan yang lebih besar untuk menyimpan segala gandum serta harta benda lainnya bagi dirinya! Firman Tuhan mengingatkan bahwa harta di dunia ini bisa dirusak oleh ngengat dan karat serta diambil oleh pencuri...(Matius 6:19) & agar kita mencari kerajaan Allah serta kebenarannya terlebih dahulu...(Matius 6:33).
(II). Orang kaya ini juga bodoh karena ia berpikir bahwa semua gandum dan hartanya dapat membuat jiwanya tenang, aman, menikmati segala kesenangan di dunia. Ia mengira gandum dan hartanya mampu mengenyangkan baik tubuh/fisiknya dan sekaligus juga jiwanya. Jiwa TIDAK bisa dikenyangkan dengan gandum (materi) dan Tuhan Yesus berkata “Manusia hidup BUKAN hanya dari roti saja. tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (Matius 4:4)
(III). Orang kaya ini pun bodoh karena ia mengira bahwa segala sesuatu yang ia miliki ini adalah hasil usahanya sendiri. Ia lupa bahwa semua yang ia miliki (gandum dan harta benda lainnya) sebenarnya berasal dari Allah yang telah memberkatinya dengan begitu limpah. Ia bodoh karena menganggap dirinya hebat, sukses, berhasil, dan lupa bahwa ada Tuhan yang jauh lebih hebat daripada dirinya. Tuhan Allah yang mencipta segala sesuatu termasuk orang kaya itu dan yang memberikan kepadanya semua hasil dari tanah yang juga adalah ciptaan Tuhan!
(IV). Orang kaya ini bodoh bukan hanya karena ia tidak menyadari keberadaan Tuhan yang telah memberikan dia semua gandum serta hartanya. Orang kaya ini juga bodoh karena ia lupa bahwa Tuhan Allah yang memberikan segala gandum dan hartanya tersebut juga berkuasa dan berdaulat atas jiwanya. Ia tidak tahu dan tidak siap ketika pada malam hari Tuhan mengambil jiwanya secara tiba-tiba, secara mendadak tanpa pemberitahuan apapun sebelumnya!
(V). Itu sebabnya orang kaya ini adalah orang kaya yang bodoh karena ia hanya mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri tatkala ia hidup di dunia sementara dan ia tidak kaya di hadapan Allah. Ketika ia mati, ia TIDAK bisa menikmati hartanya dan ia juga TIDAK bisa membawa hartanya bersama dia!
Mari kita belajar dari perumpamaan Tuhan Yesus tentang orang kaya yang bodoh ini. Seorang hamba Tuhan bernama Oswald Sanders berkata: ”A man’s life does NOT consist in the abundance of his wealth.” (Hidup seseorang TIDAK ditentukan oleh berapa banyak hartanya.) Sanders juga mengatakan bahwa tidak salah mengumpulkan harta di dunia, yang salah adalah kalau harta yang dikumpulkan itu hanya untuk dinikmati sendiri untuk memuaskan diri sendiri. (It is not wrong to gather wealth, it is wrong to gather wealth for yourself only!). Sementara tokoh pendiri gereja Metodist mengatakan: ”Earn as much as you could, save as much as you could and then use as much as you could for God’s work!” (Carilah “harta” sebanyak mungkin, simpanlah sebanyak mungkin dan pakailah sebanyak mungkin untuk pekerjaan Tuhan!).
Marilah kita berusaha menjadi kaya (secara rohani!) di hadapan Allah dan bukan hanya menjadi kaya (secara materi!) di hadapan manusia! Marilah kita mempersiapkan diri menghadapi hari kematian selama kita masih diberi kesempatan untuk hidup. Ada sebuah lagu yang syairnya mengatakan: ”Hidup ini adalah kesempatan, hidup ini untuk melayani Tuhan. Jangan sia-siakan apa yang Tuhan beri, hidup ini hanya sementara. O Tuhan pakailah hidupku, selagi aku masih kuat. Bila saatnya nanti, “ku tak berdaya lagi, hidup ini sudah jadi berkat.” (Lagu karya Pdt Wilhelmus Latumahina).
Firman Tuhan juga mengingatkan bahwa “Hidup manusia itu seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.” (Yakobus 4:12). Mari kita persiapkan hidup kita dengan melayani Tuhan dan menjadi kaya di hadapan-Nya dengan membawa banyak jiwa kepada-Nya. Pdt. Charles Luther dari AS menggubah sebuah lagu berdasarkan kalimat seorang pemuda yang bertobat dan begitu rindu untuk melayani Tuhan serta bersaksi kepada sesamanya. Sayang pemuda ini bertobat ketika hidupnya hanya sisa kurang dari satu bulan sebab ia menderita kanker yang ganas dan tidak bisa diobati lagi. Pemuda ini dengan penuh kesedihan mengatakan “Must I go and empty handed, thus my Redeemer meet. Not one day of service give Him, lay no trophy at His feet. Must I go and empty handed, must I meet my Savior so. Not one soul with which to greet Him, must I empty handed go.” (Haruskah aku pergi menghadap Tuhan Penebusku dengan tangan kosong? Belum selesai tugasku tak ada piala yang dapat kuletakkan di kaki-Nya. Haruskah aku pergi dengan tangan kosong menghadap Juruselamatku? Belum satu jiwa yang kubawa menghadap-Nya, haruskah aku menghadap Dia dengan tangan yang kosong?)
Saudara-saudara yang saya kasihi dalam Kristus, Yayasan Bahtera Indonesia Cerah (BeACh) rindu untuk kita bersama-sama mengerjakan pelayanan membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan. Kami rindu ada banyak orang yang boleh menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat mereka secara pribadi. Kami sungguh rindu setiap kita boleh dipakai Tuhan untuk menjadi alat bagi-Nya dan membawa jiwa selagi kita masih diberikan kesempatan. Mari kita memberikan support baik melalui doa-doa maupun dana yang Tuhan sudah berikan sebagai berkat-Nya kalau saudara terbeban untuk melayani bersama kami. Bahkan kami sungguh bersyukur apabila ada saudara-saudari seiman yang juga mau ikut bersama kami pergi memberitakan Injil ke tempat/daerah yang Tuhan sediakan untuk kita layani. Bulan September 2017 kami ada program misi ke Talaud, mari kita mendukung program misi ke Talaud ini dengan 3 D yaitu Doa, Dana, & Daya.
Kami juga bersyukur kepada Tuhan yang telah menyertai dan mencukupi setiap kebutuhan untuk pelayanan kami melalui uluran tangan dan persembahan kasih semua saudara/i seiman serta gereja-gereja Tuhan baik di Indonesia mau pun di luar negeri. Kiranya Tuhan membalas segala kebaikan yang diberikan dan memberkati kita sekalian.
(dari BeACh News edisi 03Tahun 2017)