?Kalau Allah kami...sanggup melepaskan kami...; tetapi seandainya tidak...kami...tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu? (ay. 17-18). Inilah iman yang tidak kompromi!
Iman ketiga teman Daniel bukan tindakan nekad. Iman itu didasarkan pada pengenalan yang benar akan Allah mereka. Bukankah Allah yang sama telah menolong mereka pada ujian perdana tidak memakan makanan raja (psl. 1)? Bukankah Allah juga sudah menyatakan kuasa-Nya dengan memberitahukan isi dan makna mimpi Nebukadnezar kepada Daniel? Dengan demikian menyelamatkan mereka dari kemusnahan yang diancamkan sang raja?
Iman yang benar tidak lari dari kenyataan. Kenyataan bahwa Allah berdaulat untuk membebaskan mereka atau mengizinkan mereka terbakar hangus secara fisik. Iman yang otentik itulah yang nyata dilihat sang raja ketika ia melihat sosok seperti anak dewa menyertai ketiga pahlawan iman tersebut. Allah menyertai umat-Nya yang bertekun dan setia walau di tengah penderitaan.
Contoh iman yang otentik lainnya ialah Stefanus. Sesaat sebelum mati syahid, ia melihat Sang Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah Bapa, menyambut pahlawan iman itu ke hadirat-Nya (Kis. 7:56).
Batu uji iman otentik ialah saat kamu diperhadapkan pilihan untuk tetap setia kepada-Nya apa pun risikonya! Akankah kamu (tidak) kompromi?