Pepatah yang mengatakan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya tidak selalu benar. Tidak selalu sifat dan sikap anak meniru ayahnya. Nebukadnezar seorang terhormat, berwibawa, dan sombong sehingga dihukum Allah tetapi akhirnya bertobat. Namun, Belsyazar, bertolak belakang.
Catatan sejarah menunjukkan bahwa Nebukadnezar bukan ayah kandung Belsyazar. Belsyazar adalah anak kandung Nabonidus, yang menggantikan Nebukadnezar sebagai raja. Namun karena sesuatu hal, Nabonidus tidak terus di takhta tersebut. Anaknyalah yang mewakilinya memerintah kerajaan Babilonia.
Belsyazar tidak menunjukkan kemuliaan yang diperlihatkan Nebukadnezar. Hidupnya berpesta pora, mabuk-mabukan bersama dengan para pejabat istana. Bahkan ia melakukan kekejian yang Nebukanezar tidak berani lakukan. Yaitu, menajiskan perkakas minum yang dirampas Nebukadnezar dari bait Allah di Yerusalem, untuk pesta pora mabuk-mabukan tersebut sambil menyembah berhala (ay. 2-4).
Tindakan Belsyazar ini sungguh bebal. Ia tidak belajar dari hukuman yang Allah jatuhkan pada Nebukanezar karena kesombongannya, malah menghina Allah dengan menajiskan simbol-simbol kekudusan-Nya.
Tindakan bebal itu membangkitkan murka Allah yang segera menjatuhkan hukuman kepadanya yang dicatatkan pada dinding istana raja. Jagalah hidup dan nurani kita dari hal-hal yang tidak berkenan kepada Allah. Ingat, Kristus sudah menebus dan menguduskan kita dari kenajisan dosa!