Khotbah yang diurapi Roh Kudus pasti membawa dampak. Entah dampak pertobatan, itu tentu yang diharapkan, tetapi bisa juga dampak penolakan yang membawa kepada kebinasaan.
Khotbah yang disampaikan oleh Petrus berdampak luar biasa. Tentu bukan karena kefasihan lidah Petrus, melainkan karena urapan Roh Kudus padanya. Roh memakai uraian firman dan penjelasannya untuk membuka pikiran orang yang mendengarkan khotbah tersebut, sehingga ia menyadari kebenaran yang disampaikan. Roh juga memakai kesungguhan dan keyakinan si pengkhotbah dalam mendorong respons si pendengar (ay. 37). Namun, pada akhirnya, si pendengar harus merespons dengan tepat yaitu bertobat.
Bertobat artinya, menyadari dosa dan membuka diri untuk mengalami pengampunan dari Allah, dan meninggalkan dosa (ay. 38-40). Janji pengampunan yang diberikan ternyata bukan hanya untuk pribadi yang bertobat, tetapi juga bagi orang lain yang ikut bertobat, termasuk mereka yang bertobat karena pemberitaan kita yang telah lebih dahulu bertobat. Maka penting sekali pertobatan ditunjukkan dengan meninggalkan cara hidup berdosa (ay. 40), sehingga menjadi kesaksian yang nyata bagi mereka yang masih tinggal di dalam dosa.
Baik dalam berkhotbah maupun dalam kesaksian hidup sehari-hari, mari kita mendorong dan mendoakan mereka yang kita layani agar merespons dengan tepat dengan pertobatan sungguh-sungguh.