Ketika gereja semakin berkembang, pasti timbul berbagai masalah relasi dan komunikasi. Makin banyak orang, makin banyak pendapat. Maka, harus dibuat aturan main agar setiap pendapat didengar dan dihargai.
Gereja perdana diberkati Tuhan dengan jumlah jemaat yang terus melimpah. Jika ada masalah yang timbul dengan jumlah yang banyak, itu sangat manusiawi (ay. 1), tetapi harus segera diselesaikan. Tujuan utama gereja tidak boleh sampai terabaikan. Tindakan para rasul sudah tepat. Mereka fokus pada pengajaran Firman dan pemberitaan Injil, sementara para diaken, yaitu para pelayan meja dipilih untuk memastikan tertib administratif dalam pelayanan kepada jemaat (ay. 2-4).
Syarat menjadi diaken bukan sekadar terampil manajemen dan administrasi, tetapi terutama penuh Roh Kudus dan hikmat (ay. 3). Karena yang dipentingkan adalah hati yang peduli. Sehingga semua terlayani dengan kasih, dan saling melayani. Bukankah itu kesaksian gereja perdana yang memberkati orang luar (lih. psl. 2 dan 4)?
Benarkan! Ketika motivasi dan tujuan utama gereja dijaga dengan benar, Injil semakin tersebar bahkan sebagian imam yang dulu memusuhi mereka malah dimenangkan kepada Kristus (ay. 7).
Semua kegiatan pelayanan, asal dimotivasi kasih kepada Allah dan sesama, bisa ditata rapi dan menjadi kesaksian bagi Injil. Ayo, terlibat dalam pelayanan!