Seperti apa ya muka malaikat itu (ay.15)? Pasti tidak ada yang tahu. Siapa yang pernah melihat sosok surgawi tersebut? Namun, ungkapan ini pasti merujuk kepada sosok yang pernah melihat kemuliaan Allah, sosok yang diperkenan Allah.
Stefanus, sang diaken ternyata memiliki panggilan sebagai pemberita Injil yang luar biasa (ay. 8). Bukan hanya kuasa supernatural yang ia miliki, yang membuat kesaksiannya didengar, tetapi terutama ungkapan kebenaran yang dinyatakannya oleh kuasa dan hikmat Roh yang membuat lawan bicaranya terdiam (ay. 10). Sedemikian kuatnya kebenaran dinyatakan sehingga para lawan pun memakai cara fitnah untuk menjatuhkannya (ay. 13-14).
Berita tentang Tuhan Yesus, juru selamat satu-satu-Nya dengan sendirinya menafikan keberadaan bait Allah dan hukum Taurat sebagai sarana keselamatan. Hal itu merubuhkan kebanggaan palsu para kaum Libertini, yaitu kelompok orang Yahudi yang dulu pernah jadi budak rupanya, tetapi kemudian bisa membeli kebebasan mereka. Bagi mereka, melakukan Taurat dan beribadah di bait Allah adalah harga mati untuk mendapatkan keselamatan. Berita Stefanus bagi mereka merupakan penghujatan terhadap Allah.
Integritas, urapan Roh Kudus, ditambah muka malaikat menegaskan kebenaran yang dikumandangkan Stefanus. Adakah ciri tersebut pada dirimu, pemberita-pemberita Injil-Nya?