Perjalanan iman anak Tuhan harus senantiasa bersandar pada anugerah Tuhan. Tidak ada seorang pun yang sanggup menjalani hidup, bahkan merencanakan hidup dengan hikmat dan kekuatan sendiri. Prinsip ini melanjutkan pembahasan renungan kemarin.
Musa dipilih oleh Allah untuk menjadi pemimpin umat-Nya keluar dari perbudakan Mesir, menuju tanah Perjanjian, yaitu negeri Kanaan. Namun, Musa harus belajar tunduk pada cara dan waktu Allah. Maka saat Musa dengan hikmat dan kekuatan sendiri mau menjadi pemimpin yang membebaskan bangsanya dari penindasan Mesir, ia gagal total (23-29; lih. Kel. 2:11-15).
Empat puluh tahun di tanah Midian, membentuk pribadi Musa yang rendah hati. Barulah Tuhan memanggil dan mengutusnya untuk misi penyelamatan umat Israel (ay. 32-34). Jadi, andalan Musa adalah perintah dan janji Tuhan bukan hikmat dan pengalaman maupun kekuatan pribadi. Taurat yang kelak diberikan adalah sarana untuk mewujudkan perintah dan janji tersebut bagi umat-Nya
Selangkah demi selangkah Stefanus memaparkan sejarah umat Allah untuk menempatkan Taurat dalam konteks yang tepat. Yang utama adalah mengenal rencana Allah dalam hidup ini. Taurat menjadi sarana mewujudkannya.
Ayo, kita membaca firman Tuhan dan mengaplikasikan dalam hidup ini dengan bergantung penuh pada kasih setia-Nya!