Apakah fungsi rumah Allah? Pada masa Perjanjian Lama, ketika Israel belum menetap di tanah Perjanjian, Allah memerintahkan Musa membangun kemah suci. Kemah suci melambangkan kehadiran Allah sebagai Raja di tengah umat. Umat menghampiri takhta Allah dan menyembah-Nya dengan ritual Taurat.
Pada masa kerajaan, kemah suci diganti dengan bait Allah, bangunan yang permanen. Ketika Salomo menahbiskan bait Allah, ia menyadari bahwa Allah tidak bisa dikurung dalam rumah buatan manusia. Salomo memohon nama Allah hadir menyertai bangsa Israel. Sayang sekali, terjadi pergeseran makna dan fungsi bait Allah. Dari tempat ibadah dan lambang pemerintahan Allah menjadi seolah-olah kehadiran Allah sendiri yang menjamin berkat-berkatNya melimpah kepada umat-Nya, apapun yang umat lakukan. Ritual di bait Allah seolah menjadi perekat Allah memberkati mereka.
Yesus memperbaiki konsep yang keliru ketika berdialog dengan perempuan dari Samaria, dengan mengajarkan penyembahan yang benar dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:23-24). Yesus menunjuk kepada diri sendiri sebagai Bait Allah, yaitu Allah hadir sepenuhnya dalam diri Yesus (Yoh. 2:21).
Paulus mengajarkan bahwa tubuh orang percaya adalah bait Allah (1Kor. 3:16; 6:19)! Allah hadir dalam hidup orang percaya, dan kita dipanggil untuk menyaksikan kasih dan kuasa-Nya.