Apa yang akan kamu lakukan kalau seorang mantan napi menghampirimu? Apakah kamu akan mencoba menghindarinya karena takut kalau-kalau ia memerasmu? Atau kamu bersikap terbuka menyambutnya seperti Yesus menyambut orang berdosa?
Bayangkan perasaan Ananias, ketika Tuhan memintanya untuk menemui Saulus, sang penganiaya orang Kristen. Bukankah Saulus datang ke Damsyik justru untuk menangkapi dan memenjarakan jemaat Tuhan di sana, termasuk Ananias (ay. 2, 13-14)? Beranikah Ananias bertaruh nyawa untuk mengunjungi ?penjahat? tersebut? Ya. Ananias berani mengambil risiko tersebut.
Ananias berani karena Tuhan sendiri telah menyatakan rencanaNya untuk memakai Saulus menjadi alat anugerah-Nya untuk keselamatan bagi bangsa-bangsa lain (ay. 15-16). Ketaatan Ananias menunjukkan imannya dan kesediaannya dipakai Tuhan mempersiapkan calon rasul pengganti Yudas. Melalui pelayanan Ananias, Saulus bertobat dan memberi diri dibaptis. Sebagaimana penglihatan fisiknya dipulihkan, demikian mata rohaninya pun terbuka. Melayani Tuhan harus siap mengambil risiko. Percayalah, tidak akan sia-sia. Siapa yang tahu bahwa Tuhan sedang mempersiapkan hamba-Nya melalui kesediaan kita melayani orang tersebut.