Tidak selalu hidup orang Kristen penuh dengan tekanan dan aniaya dari musuh. Ada masanya Tuhan izinkan damai dan tenang. Jangan lupa, semua itu ada dalam pimpinan Roh Kudus
Dari cerita pertobatan dramatis dan pembentukan Saulus, catatan Kisah Para Rasul beralih kembali kepada Petrus yang mewakili gereja di Yerusalem. Di masa damai, Petrus menjalankan fungsi penggembalaan kepada jemaat-jemaat yang tersebar di Yudea, Galilea, dan Samaria (ay. 31-32).
Menarik sekali di perikop ini jemaat-jemaat tersebut disebut sebagai orang-orang kudus (ay. 32, 41). Istilah yang kelak digunakan oleh rasul Paulus saat ia menyapa dalam surat-suratnya kepada jemaat yang menerimanya (cth. Rm. 1:7; 1Kor. 1:2; 2Kor. 1:1, dst.). Orang kudus di sini bukan orang tanpa dosa dan tanpa masalah. Tetapi adalah orang yang sudah menjadi milik Kristus, sudah diampuni dosanya, dan disebut anak-anak Allah.
Maka, di antara orang-orang kudus itu ada Eneas yang lumpuh (ay. 33) serta Dorkas yang sakit lalu meninggal (ay. 37). Namun di tengah-tengah keprihatinan hidup jemaat, Roh Kudus menyatakan karya-Nya melalui hamba-Nya yang mengubah ketidakberdayaan menjadi kekuatan (ay. 34), dan tangis menjadi tawa (ay. 41).
Saat kehidupanmu berjalan lancar, ingat Roh Kudus juga sedang berkarya dalam dirimu dan lingkunganmu.