Makan bersama adalah sebuah persekutuan. Oleh sebab itu, dalam agama Yahudi, pantang untuk makan bersama dengan ?orang berdosa? (Mrk. 2:16).
Apalagi makan bersama orang yang bukan Yahudi. Sikap seperti ini didapat karena konsep yang keliru mengenai umat pilihan. Bahwa yang bukan Israel atau Yahudi adalah ?kafir?, yaitu bangsa-bangsa yang dibenci Tuhan. Padahal Tuhan justru ingin melalui Israel, bangsa-bangsa tersebut mengenal dan menyembah-Nya.
Melalui penglihatan berbagai jenis binatang haram ini, Petrus sedang diajar bahwa Allah mengasihi juga bangsa-bangsa nonYahudi. Memang saat itu, Petrus belum mengerti. Namun proses pembelajaran sedang terjadi karena pada saat yang bersamaan, utusan Kornelius sang perwira Romawi sampai di rumah tempat Petrus menginap.
Petrus akan belajar dua hal. Pertama, bahwa di tengah-tengah bangsa nonYahudi juga ada orang-orang yang takut akan Allah (ay. 2, 22). Mereka memelihara hati nurani dan mencari Allah sejati. Kedua, Allah mengasihi bangsa-bangsa lain sama seperti Ia mengasihi bangsa Yahudi. Maka, Petrus harus terbuka hatinya untuk menerima mereka dan mengasihi mereka seperti Allah mengasihi mereka.
Tidak mudah untuk keluar dari pemahaman sempit yang bersifat egois. Namun, sebagai anak-anak Allah kita harus mengasihi orangorang yang dikasihi Allah.