Di gereja selalu saja ada perbedaan pandangan. Ada yang berpandangan terbuka, yang siap menerima perubahan demi kemajuan bersama. Dan, ada juga yang berpandangan sempit yang takut untuk berubah.
Petrus menghadapi protes dari kelompok golongan orang-orang bersunat karena perbuatannya yang masuk dan makan bersama Kornelius dan keluarganya (ay. 2-3). Alasan mereka jelas, Kornelius dan keluarganya bukan orang bersunat, berarti bukan umat Tuhan. Tidak terlalu mengherankan mereka berpandangan demikian karena gereja di Yerusalem boleh dikatakan sepenuhnya orang beretnis Yahudi, sudah pasti semuanya bersunat.
Petrus harus memberikan penjelasan panjang lebar bahwa semua itu adalah inisiatif Roh Kudus (ay. 15-17), sehingga ia tidak bisa menolak untuk membaptiskan mereka (10:47-48). Barulah kelompok yang bersikeras mempersalahkan Petrus mengakui bahwa Roh Kudus berdaulat menyatakan rencana-Nya, yaitu rencana keselamatan buat bangsa-bangsa lain (ay. 18).
Seperti halnya sunat, demikian juga bahwa baptisan tidak menyelamatkan seseorang. Yang penting adalah Kristus ada di hatinya. Jemaat asal Yahudi itu harus belajar bahwa keselamatan adalah anugerah Allah bagi siapa pun, tidak bergantung pada warna kulit atau bahasa seseorang. Bahwa Allah mengasihi semua bangsa. Kita harus berani membuka diri terhadap hal yang baru sejauh itu berasal dari Allah yang nyata-nyata tidak bertentangan dengan Alkitab.