Kesatuan Perjanjian Lama dan Perjanjian baru bisa dilihat dari beberapa aspek. Pertama, aspek sejarah. Allah memakai Israel dalam menggenapkan rencana keselamatan-Nya. Yesus adalah Israel sejati, keturunan Daud. Perjanjian Baru menyaksikan-Nya sebagai penggenap rencana keselamatan itu. Kemudian hari, gereja dipercayakan untuk mewartakan kabar baik tersebut sampai pada kedatangan Kristus yang kedua.
Kedua, aspek teologis. Israel, para nabi, Daud dan keturunannya yang mewarisi takhta kerajaan Yehuda, walau mereka taat pada hukum Taurat, hanya berkarya sejauh mereka masih hidup (contoh, Daud pun mati; ay. 36). Namun Yesus, walaupun Ia mati, Allah membangkitkan-Nya (ay. 30-35). Dia hidup untuk selama-lamanya. Ia tuntas dalam karya keselamatan-Nya.
Paulus menjelaskan dalam khotbahnya bahwa kematian Kristus, walaupun disebabkan oleh penolakan penduduk Yerusalem dan para pemimpin mereka (ay. 27-28), menjadi dasar untuk pengampunan dosa semua orang yang mau percaya kepada-Nya (ay. 37-39). Serta kebangkitan Kristus itu menjadi bukti bahwa kuasa kematian sudah dipatahkan pula.
Melalui khotbah ini, Paulus mendorong para pembacanya untuk percaya kepada Yesus. Serta jangan terjebak dengan bergantung pada ketaatan melakukan Taurat (ay. 39) untuk mendapatkan keselamatan.
Yesus lebih mulia daripada Daud, nenek moyang-Nya secara manusia. Dialah Juruselamat satu-satunya. Percayakah kamu kepada-Nya?