Rangkaian pelayanan penginjilan Paulus dan Barnabas sepertinya berakhir di Derbe, karena dari situ mereka kembali ke Listra, Ikonium, dan Antiokhia di Pisidia. Hampir semua kota besar di wilayah Asia Kecil sudah dilayani Injil. Jemaat-jemaat yang dibangun di sana terdiri dari orang-orang Yahudi Kristen, tetapi juga banyak orang-orang non-Yahudi Kristen.
Sebelum kembali ke gereja yang mengutus mereka, Antiokhia di Siria, Paulus dan Barnabas menggunakan kesempatan ini untuk menguatkan jemaat-jemaat yang mereka telah dirikan dalam perjalanan misi mereka sebelumnya (ay. 22). Maklum, jemaatjemaat ini ada dalam tekanan dan ancaman penganiayaan baik dari orang-orang Yahudi yang rasialis maupun nonYahudi yang menganggap iman Kristen sebagai ancaman.
Hal ini menunjukkan bahwa Paulus dan Barnabas tidak sekadar menabur benih Injil dan mendirikan gereja. Mereka juga peduli gereja-gereja itu bertumbuh dewasa di tengah-tengah tantangan dan kesulitan. Demikianlah kita bisa melihat jiwa gembala dari pasangan rasul ini. Kelak jiwa gembala ini diwujudkan juga dengan suratsurat yang dituliskan Paulus kepada jemaat-jemaat tersebut yang menunjukkan perhatian dan kepeduliannya untuk mereka.
Penginjilan dan pemuridan adalah bagaikan dua sisi dari satu mata uang. Keduanya adalah hakikat pelayanan Kristen. Mari kita bangun kepedulian kita kepada teman-teman yang kita ajak ke gereja.