Kesuksesan seseorang bukan diukur dari bagaimana ia memulai suatu pekerjaan atau pelayanan, melainkan bagaimana ia mengakhirinya? Banyak orang memulai dengan baik, tetapi di tengah jalan ia berhenti atau malah merusaknya.
Pelayanan penggembalaan Paulus di Efesus termasuk yang paling panjang/lama dari antara kota-kota yang ia layani dalam perjalanan misinya (ay. 31; 19:8, 10). Hidupnya terbuka di hadapan jemaat dan juga di hadapan orang-orang Yahudi yang menentangnya, bahkan juga orang-orang nonYahudi yang memusuhinya. Namun demikian, Paulus mengklaim bahwa ia telah melayani dengan bertanggung jawab, tidak menyia-nyiakan kesempatan memberitakan Injil kepada semua orang di Efesus (ay. 26-27).
Kasih yang begitu dalam dari Paulus kepada jemaat di Efesus tidak dapat disangkal (ay. 18-21, 31). Pengurbanannya, air matanya adalah bukti nyata di hadapan jemaat. Apalagi sekarang ia akan meninggalkan mereka. Paulus tahu tantangan apa yang akan mereka hadapi (29-30). Sehingga dalam pesan perpisahan ini ia mendorong para penatua jemaat untuk meneladaninya dalam menggembalakan jemaat di Efesus (28, 31-35).
Kalau kamu memiliki gembala seperti ini di gerejamu, doakanlah dia. Tidak mudah menjadi pemimpin yang setia, yang peduli kepada jemaat, dan yang mampu membina iman mereka. Siapa tahu, kelak kamu akan dipakai Tuhan seperti gembalamu?