Bolehkah membela diri, ketika iman kita diserang? Paulus melakukannya, bukan demi dirinya, tetapi demi kebenaran diungkapkan.
Paulus mulai dengan hormat menyapa saudara sebangsanya, dan para tuatua Yahudi (22:1). Dengan menggunakan bahasa Aram (21:40; LAI: Ibrani) sebagai bahasa pergaulan mereka, orang banyak menjadi reda. Paulus mengidentifikasikan dirinya dengan mereka. Ia mulai dengan keyahudiannya yang tidak dapat disangkal, yaitu ketaatannya melakukan Taurat, bahkan sikap terlalu membela Taurat sehingga menganiaya orang Kristen yang dianggapnya penganut aliran sesat dari agama Yahudi (22:3-5, 20).
Baru kemudian ia menceritakan titik balik hidupnya, yaitu ketika dia bertemu Tuhan Yesus dalam perjalanan ke Damsyik yang rencana awalnya adalah untuk menganiaya dan menangkapi orangorang Kristen (22:6-11). Serta pengutusan Tuhan atasnya untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa nonYahudi (22:12-16, 21).
Ada dua hal yang memprovokasi orang-orang Yahudi itu untuk menuntut Paulus dibunuh. Pertama, ia mulai menunjukkan bahwa orang Yahudi salah dalam semangat mereka membela agama mereka, dengan contoh dirinya sendiri. Kedua, bahwa berita keselamatan itu juga untuk bangsa-bangsa lain.
Memang, orang berdosa tidak senang dosa mereka dibongkar. Maka dalam penginjilan kita, harus selalu siap menghadapi penolakan. Namun ingat, penting untuk kamu bersandar pada Roh Kudus!