Paulus di dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, mungkin sedang menjelaskan masa pemenjaraannya di Kaisarea ini ketika ia berujar, ?...bahwa apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil, sehingga telah jelas bagi seluruh istana...aku dipenjarakan karena Kristus? (Flp. 1:12-13).
Kesempatan demi kesempatan datang bagi Paulus saat dipenjara untuk menyaksikan Kristus, Tuhannya. Kali ini di hadapan raja Herodes Agripa 2 (putra dari Herodes yang dicatat di Kis. 12:1; atau cicit dari Herodes Agung yang dicatat di Mat. 2:16-18 yang membantai anak-anak di Betlehem) dan sang istri, Bernike, serta wali negeri Festus.
Paulus tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyaksikan imannya di hadapan tiga orang penting ini. Ia mulai dengan latar belakangnya sebagai seorang Farisi dari golongan yang paling keras, yang menganggap menganiaya orang Kristen sebagai pahala di hadapan Allah (26:9-11), sampai Allah melalui Yesus menyadarkan dirinya betapa salahnya ia! Setelah pertobatannya, Paulus mendapatkan panggilan untuk menjadi utusan Injil bagi bangsabangsa lain. Kata kunci untuk mengerti pembelaan diri Paulus ini ialah, ?...kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat? (26:19).
Inilah pertanggungan jawab iman Paulus. Dia harus menyaksikan kebenaran itu, apa pun risikonya. Itu juga tugas kita, tugasmu!