Menuliskan kitab ini, membuat aku mengingat masa mudaku. Ya, lebih dari separuh abad yang lalu, aku masih pemuda, sedikit lebih tua dari kalian. Dengan semangat aku Bersama keluargaku dari suku Yehuda, bersama puluhan ribu keluarga Israel meninggalkan Mesir menuju masa depan yang baru, ke tanah yang dijanjikan Tuhan. Di perjalanan, kami dikejar oleh Firaun dengan pasukan Mesirnya. Namun, Tuhan menyertai kami. Musa, pemimpin besar kamilah yang membawa kami menyeberangi Laut Teberau yang oleh kuasa Allah terbelah dua.
Ah, andaikata dahulu orang-orang seangkatanku tidakmemberontak kepada Tuhan, pastilah kami sudah ada di tanah perjanjian ini bersama Musa. Kini, Musa sudah tiada, dan aku dipercaya Tuhan menggantikannya memimpin bangsaku memasuki tanah impian ini.
Bukan perjalanan yang mudah. Ada Sungai Yordan yang harus kami seberangi. Belum lagi benteng-benteng tanah Kanaan, seperti Yerikho, Ai, Hebron, Hazor dst. Namun, kami tidak berjalan sendirian. Tuhan memimpin bahkan berperang bagi kami. Aku bertekad, bersama dengan bangsaku tetap mengandalkan Tuhan, menjaga kekudusan dan kedisiplinan bersama.
Aku bersyukur, tanah Kanaan akhirnya ditaklukkan. Namun, tugas belum selesai. Setiap suku harus menduduki setiap wilayah yang sudah diberikan Tuhan. Semoga mereka tetap setia dan mengandalkan Tuhan.