Bagai nila setitik, rusak susu sebelanga. Tentunya kamu tahu ya, peribahasa ini? Satu perbuatan buruk bisa merusak reputasi seseorang.
Nila setitik itu berupa Akhan yang mencuri milik Tuhan, yaitu harta dari kota Yerikho, yang seharusnya dimusnahkan. Mengapa Akhan melakukannya? Karena ia menuruti hawa nafsu keserakahannya. Ia mengabaikan perintah Tuhan yang sudah jelas (6:17-19). Tidak seorang pun dari bangsa Israel, termasuk pemimpin mereka, Yosua yang menyadari hal tersebut. Namun, Tuhan tahu!
Nila setitik itulah yang merusak susu kekudusan umat Tuhan di hadapan-Nya. Murka Tuhan dinyatakan melalui kekalahan pahit Israel terhadap kota Ai yang relatif lebih kecil daripada Yerikho. Syukur kepada Allah, kesempatan memulihkan susu kekudusan masih dibuka oleh Tuhan. Yaitu dengan menemukan pelaku kejahatan tersebut dan menghukumnya sesuai dengan Taurat Tuhan. Sayang sekali, tenggang waktu yang diberikan Tuhan tidak dimanfaatkan Akhan dengan mengakui dosanya tersebut. Ia dan keluarganya menunggu sampai Tuhan sendiri membongkar dosanya. Pengakuannya terlambat. Satu keluarga harus dihukum keras agar tidak menjadi preseden bagi umat yang sedang dibimbing Tuhan memasuki tanah pusaka mereka (ay. 24-25).
Jaga kekudusan, jangan kompromi dengan bujuk raya dunia dan tipu daya Iblis. Latih dirimu disiplin mengendalikan
hawa nafsumu!