Kemenangan bisa membuat kita lengah sehingga menganggapnya sebagai keberhasilan kita semata. Oleh karena itu
dibutuhkan kerendahan hati untuk menyadari dan mengakui anugerah Tuhan ada di balik semua hal.
Kemenangan gemilang Israel atas Ai disadari Yosua bukan semata karena strategi jitu yang diterapkannya melainkan karena Tuhan yang berperang bagi mereka. Maka, segera setelah kemenangan itu Yosua memimpin umat Israel mempersembahkan kurban bakaran dan kurban keselamatan sebagai sembah dan syukur mereka kepada Tuhan (ay. 31).
Apa yang mereka lakukan juga sesuai dengan pesan Tuhan lewat Musa (Ul. 27:1-8). Melalui upacara ini mereka meneguhkan ulang perjanjian Sinai dengan hukum Tauratnya (ay. 34) sebagai komitmen mereka kepada Allah. Dengan demikian kesalahan (7:1) yang sempat menodai perjuangan menaklukkan tanah Kanaan ini telah dihapus. Allah kembali berkenan kepada mereka.
Kegagalan adalah bagian dari proses anak Tuhan bertumbuh. Dari kegagalan kita sadar bahwa kita butuh pertolongan Tuhan, tidak semata mengandalkan kemampuan diri. Maka momen seperti yang dirayakan oleh Yosua dan segenap Israel merupakan momen pengakuan bahwa Tuhanlah yang menjadi sumber kemenangan dari pencobaan. Tuhan dimuliakan oleh karenanya. Kapan terakhir kali kamu menyatakan komitmen ulangmu kepada-Nya?