Bukti seseorang terjebak pada agama perbuatan ialah ia selalu mengukur kerohanian orang lain berdasarkan apa yang ia anggap perbuatan rohani. Perbuatan rohani itu lebih banyak berhubungan dengan aturan-aturan agamawi, seperti rajin berpuasa, merayakan Sabat, dst.
Kita bertemu lagi dengan tuduhan orang Farisi kepada Yesus dan murid-murid-Nya bahwa mereka melanggar Sabat dengan memetik gandum untuk dimakan. Para ahli Taurat telah menyusun banyak larangan mengenai hari Sabat, supaya orang Yahudi tidak melanggar hukum tersebut. Akibatnya, mereka kehilangan makna Sabat.
Yesus mengambil contoh di Perjanjian Lama. Saat Daud dalam pelarian dari Saul, ia dan pengikutnya sampai ke rumah Tuhan. Di sana mereka mengambil roti sajian dan memakannya. Roti-roti itu menurut aturannya adalah untuk dimakan para imam. Apa yang Daud perbuat tidak dipersalahkan Tuhan karena Taurat mengajarkan hukum kasih yang menjadi motivasi semua peraturan Taurat lainnya, yaitu mengasihi sesama manusia. Dengan memakan roti sajian tersebut, para pengikut Daud menjadi kuat kembali untuk melanjutkan perjalanan mereka.
Yesus kemudian menyimpulkan bahwa peraturan Sabat diadakan untuk kebaikan manusia bukan sebagai peraturan untuk menunjukkan semata-mata kesalehan seseorang. Mari kita jalankan perintah firman Tuhan dengan motivasi yang benar, yaitu karena kita mengasihi Tuhan dan sesama.