Perjanjian Sinai adalah perjanjian anugerah antara Tuhan Allah dengan umat Israel. Dasar perjanjian itu sendiri adalah karya penebusan Tuhan atas umat Israel dari perbudakan Mesir. Di satu sisi, Tuhan memiliki hak untuk mendapatkan kesetiaan Israel, sebagai umat tebusan. Tuhan malah mengikatkan diri-Nya dengan Israel, seolah Tuhan berkewajiban memberkatinya.
Dalam kenyataan, Tuhan setia memelihara dan memberkati Israel, sebaliknya Israellah yang sering kali tidak setia. Oleh karena itu, secara berkala perjanjian Sinai diteguhkan ulang, terutama pada momen-momen penting sejarah Israel.
Pada saat perpisahan bangsa Israel generasi kedua dengan Musa, Musa memimpin upacara pembaruan perjanjian (Ul. 29). Juga pada saat Yosua pamit kepada Israel, ia menantang mereka untuk tetap setia kepada Tuhan, seperti komitmen diriNya sendiri dengan keluarganya. Umat menjawab dengan memperbarui perjanjian (Yos. 24:25-27).
Kitab 1 Samuel mencatat pembaruan perjanjian antara Israel dengan Tuhan pada masa permulaan Saul menjadi raja (1Sam. 11:14-15). Di situ ada pengakuan bahwa Israel telah keliru bersikap dengan memaksa Tuhan memberikan mereka raja (1Sam. 8:4-5) yang menurut Tuhan itu adalah penolakan terhadap Dia (1Sam. 8:7-8). Tuhan izinkan mereka memilih raja, tetapi baru belakangan mereka sadar bahwa merak telah bersalah (1Sam. 12:19).