Cara Tuhan mendidik umat-Nya selalu khas. Prinsipnya, umat Tuhan tidak bisa main-main dengan dosa dan berharap Tuhan pura-pura tidak tahu.
Sepeninggal Debora dan Barak, Israel kembali berzina rohani. Tuhan menghukum umat-Nya lewat penjajahan dan penjarahan para musuh bebuyutan mereka, Midian dan Amalek. Israel sungguh sengsara. Apa yang mereka tabur di ladang, diserbu dan dihancurkan musuh (ay.3-6). Seruan mereka minta tolong pada Tuhan tidak dijawab langsung dengan membangkitkan seorang hakim. Tuhan lebih dahulu mengutus seorang nabi (ay. 7-10). Mereka harus sadar bahwa perilaku mereka jahat di mata Tuhan. Mereka harus bertobat dulu, sebelum ditolong Tuhan!
Justru orang yang Tuhan mau pakai sebagai hakim tidak percaya kemampuannya sendiri (ay. 15), bahkan meragukan niat baik Tuhan dengan meminta tanda (ay. 17-18). Hanya karena kesabaran-Nya, Gideon disadarkan akan kekeraskepalaannya (ay. 22).
Tidak salah kalau para hakim ini disebut juga sebagai penyelamat (lih. 3:9, 15). Allah memang memanggil mereka untuk menyelamatkan umat-Nya dari perbudakan dosa dan musuh. Maka umat-Nya harus bertobat dari dosa baru mereka akan mengalami penyelamatan dari para musuh.
Jangan lupa Tuhan bisa memakai siapa saja untuk menjadi agen penyelamatan-Nya. Jadi, jangan ragu dan menolak seperti Gideon.