Nazar adalah sumpah yang diucapkan seseorang di hadapan Tuhan untuk melakukan sesuatu bila Tuhan mengabulkan permintaannya. Taurat mengatur hal tersebut (Bil. 30:2). Tuhan Yesus mengingatkan kita untuk tidak sembarangan bersumpah (Mat. 5:34-37).
Apakah Yefta perlu bernazar untuk hal yang sudah jelas menjadi kehendak Tuhan (ay. 30-31)? Seharusnya ia tidak perlu bernazar seolah-olah mau memastikan agar Tuhan memberkati perjuangannya membebaskan Israel dari bani Amon. Namun, Yefta sudah terlanjur bernazar. Dan nazar itu mengikatnya.
Memang kitab Hakim-hakim bungkam mengenai bagaimana Yefta menepati nazarnya itu. Apakah anak perempuan Yefta kemudian dipersembahkan sebagai kurban bakaran? Atau ia hanya tidak menikah seumur hidup sebagai persembahan kepada Allah (ay. 31 ?menjadi kepunyaan Tuhan?), seperti kemudian hari Samuel (1Sam. 1)?
Apa pun yang terjadi, Alkitab jelas menyatakan bahwa Roh Tuhan menyertai dan mengurapi Yefta untuk mengalahkan musuh Israel (ay. 29). Juga kitab Ibrani mencantumkannya sebagai salah seorang pahlawan iman (Ibr. 11:32).
Jangan sembarangan bernazar atau bersumpah. Bila itu sudah jelas kehendak Tuhan, kita tidak perlu bersumpah, cukup percaya Tuhan akan menolong kita mewujudkannya. Apalagi kalau itu untuk kepentingan diri sendiri. Namun, bila sudah bernazar, kamu harus menepatinya.