Belenggu nafsu memang mengerikan. Tanpa bersandar pada Roh Kudus, tidak seorang pun bisa bertahan.
Itulah Simson, si nazir Allah. Walaupun catatan akhir pasal 15 menyebutkan Simson sebagai hakim atas Israel selama 20 tahun (ay. 20; 16:31), perilakunya sama sekali tidak menunjukkan diri seorang pemimpin rohani. Keperkasaan yang ia peroleh dari Tuhan tidak digunakannya untuk membela umat melawan musuh, melainkan untuk membalas dendam pribadi atas perilaku musuh yang menyakiti hatinya (ay. 3-5, 7-8).
Di sisi lain kita melihat juga suku Yehuda, ternyata lebih memilih menyelamatkan diri daripada membela Simson, saudara sebangsa mereka (ay. 11-12). Memang mereka tidak membunuh Simson dengan tangan sendiri, tetapi mereka menyerahkannya kepada musuh yang akan membunuhnya!
Namun, Tuhan tetap memakai Simson di tengah kelemahannya ay. 14; bdk. 14: 19). Tuhan memakai kelemahan Simson itu untuk mengacaukan para musuh umat-Nya. Sayang sekali, Simson hanya sesaat menyadari kebergantungannya pada Tuhan (ay.18-19).
Sedihnya, banyak anak Tuhan seperti Simson, memiliki karunia tetapi menggunakannya untuk kepentingan diri sendiri, untuk memuaskan nafsunya semata. Semoga kita tetap rendah hati, meminta Tuhan yang mengendalikan hidup kita, sehingga kita menjadi alat-Nya yang mulia untuk menjadi berkat buat orang lain.