Kitab Hakim-hakim ditutup dengan komentar yang mengulang 17:6. ?tidak ada Raja... setiap orang berbuat semaunya sendiri!? (ay. 25).
Pasal 21 ini masih menyajikan bagaimana Allah mendisiplin umat-Nya agar sadar mereka tidak bisa hidup tanpa mengandalkan-Nya. Kita masih melihat sikap-sikap yang sembarangan dari suku-suku Israel. Mereka bersumpah untuk tidak memberikan putri-putri mereka untuk dinikahi suku Benyamin (ay. 1). Hal itu berarti, suku Benyamin tidak mungkin pulih kembali. Namun, mereka menyalahkan Allah untuk ?hal buruk? yang akan menimpa suku tersebut, dan akan keutuhan bangsa Israel (ay. 3).
Dalam situasi seperti itu, walau mereka seolah mencari perkenan Tuhan dengan upacara persembahan kurban (ay. 4), toh mereka memutuskan dengan cara mereka sendiri untuk menyelesaikan masalah tersebut. Betul, sikap Yabesh-Gilead yang tidak ikut dalam kesatuan Israel menghukum Benyamin, tidak terpuji. Namun membunuhi pria-pria mereka agar kaum perempuannya bisa dinikahi suku Benyamin, sama jahatnya! Cara mereka agar sisa suku Benyamin menculik gadis-gadis dari suku-suku Israel lain, mirip dengan perilaku bangsa-bangsa sekitar yang tidak mengenal Allah.
Namun, demikian Allah mengizinkan hal itu terjadi. Suku Benyamin tidak sampai punah. Anugerah Allah tetap dinyatakan.
Jadikan Tuhan pemimpin hidupmu, maka hidupmu akan dipakai-Nya memberkati sesama!