Ujian iman itu macam-macam. Bisa melalui godaan untuk ambil jalan pintas atau minta pertolongan dari yang bukan Tuhan ketika ada masalah hidup. Bisa melalui penundaan waktu pertolongan yang sangat dinantikan.
Sebagai kepala rumah ibadat pasti Yairus memiliki reputasi yang baik. Namun, reputasi dan gengsi, tidak menghalangi Yairus tersungkur di depan Yesus memohonkan penyembuhan putrinya (ay. 22-23). Ternyata perjalanan Yesus ke rumah Yairus, mendapatkan ?gangguan? dari perempuan yang sakit pendarahan dua belas tahun yang menjamah jubah Yesus, dan mendapatkan kesembuhan (ay. 25-29). Yesus berhenti untuk meminta perempuan yang sudah disembuhkan itu menyaksikan karya-Nya atasnya.
Belum lagi Yesus melanjutkan perjalanan-Nya, sudah datang utusan dari keluarga Yairus yang memberitakan bahwa sang putri tercinta sudah meninggal. Entah bagaimana perasaan Yairus mendengar berita sedih tersebut. Adakah hati kecilnya mempersalahkan Yesus yang membiarkan diri-Nya terhalangi untuk segera melawat putrinya?
Yang jelas, Yesuslah yang memegang kendali. Dia menyatakan otoritas-Nya untuk menegur orang-orang yang sedang menangisi sang anak (ay. 39). Dia menyatakan kuasa-Nya untuk membangkitkan anak perempuan tersebut!
Setiap kita pasti menghadapi ujian iman. Beranikah kita tetap memercayai Tuhan saat masalah menjadi seolah tak terkendali, sementara Tuhan nampaknya lambat bertindak?