Kemunafikan sering kali berwujud pada sikap pura-pura tidak tahu. Misalnya, pura-pura tidak tahu bahwa di sekitar kita ada orang yang membutuhkan pertolongan kita, dan sebenarnya kita bisa menolongnya.
Kemunafikan pemuka agama Yahudi terlihat jelas. Mereka mencoba menjerat Yesus dengan pertanyaan mengenai siapa yang memberikan Yesus otoritas untuk mengobrak-abrik halaman Bait Allah (ay. 28). Jawaban Yesus sebenarnya menjebak balik mereka. Mereka tahu bahwa Yohanes Pembaptis adalah utusan Allah dan baptisannya berasal dari surga. Akan tetapi mereka menyadari bahwa kalau mereka menjawab dengan jujur, maka mereka juga harus mengakui bahwa Yesus pun utusan Allah, dan otoritas-Nya berasal dari Allah. Sebaliknya, mereka takut kalau mereka menyangkali Yohanes Pembaptis, orang banyak akan marah. Maka, demi mencari selamat sendiri, mereka tidak mau mengakui hal tersebut, sehingga mereka pun berbohong dan mengatakan bahwa mereka tidak tahu! Mereka bukan hanya munafik, tetapi juga pengecut!
Anak-anak Tuhan tidak boleh munafik. Belajarlah mengatakan kebenaran: ya jika ya, dan tidak jika tidak. Oleh karena itu isilah hatimu dengan kebenaran firman Tuhan, sehingga kamu tanpa malu bisa memperkatakan kebenaran bahkan bertindak sesuai dengan kebenaran itu.